Kanker
merupakan suatu kondisi di mana sel tubuh berkembang tak terkendali, mengalami
keganasan dan merusak jaringan tubuh. Pada perempuan, jenis kanker yang
kerap dijumpai adalah kanker mulut rahim (serviks) dan kanker payudara.
Kemajuan di bidang teknologi pengobatan kini membuat angka harapan hidup
penderita kanker pun makin besar. Namun bagi perempuan penyintas kanker,
terutama di usia produktif, muncul kekhawatiran lain yaitu seputar menyusui.
Bolehkah penyintas kanker menyusui bayi?
Kanker dapat menyebabkan turunnya kualitas hidup penderitanya, bahkan
hingga berujung kematian. Harapan hidup penderita kanker biasanya semakin besar
jika kanker didiagnosa pada stadium awal. Metode pengobatan pun beragam,di
antaranya kemoterapi, radoterapi, operasi pembedahan, cyrosurgey, terapi imun,
terapi hormon, dan lain-lain. Efek yang ditimbulkan dari metode pengobatan pun
beragam. Contohnya kemoterapi, yaitu pengobatan untuk membunuh atau
menghancurkan sel kanker. Efek dari kemo mulai dari kerusakan kulit, kerontokan
rambut dan gangguan pada pencernaan.
Pada perempuan usia produktif, penyintas kanker, utamanya kanker
payudara, kadang muncul kekhawatiran terkait aktivitas menyusui. Menurut pakar
laktasi, dr Utami Roesli, SpA, menyusui bagi perempuan penyintas kanker, tetap
boleh dilakukan, sepanjang ia sudah lepas dari pengobatan. Menurut dokter yang
juga penyintas kanker payudara ini, yang berbahaya bagi bayi adalah obatnya,
seperti kemoterapi contohnya. Pasalnya obat-obatan mengalir dalam darah dan
bisa terangkut juga bersama air susu ibu (ASI). Meski demikian, konsultasi
kepada dokter juga diperlukan untuk mendapatkan evaluasi secara menyeluruh.
Sebuah penelitian di St Jude Chidrens Researcch Hospital Mempish AS, justru menyarankan agar perempuan penyintas kanker (jenis apapun) untuk menyusui, untuk menghambat terjadinya late effects, atau masalah kesehatan di kemudian hari setelah bersih dari kanker. Menurut penelitian tersebut, late effects yang mungkin dihadapi perempuan penyintas kanker adalah berkurangnya kepadatan tulang, sindrom metabolik yang memicu obesitas dan penyakit kardiovaskular, serta risiko terkena kanker payudara. Dari penelitian itu para ahli menyimpulkan, perempuan yang pernah menderita kanker di masa kecil disarankan untuk memberikan ASI kepada bayinya. Menyusui terbukti efektif untuk mengatasi ketiga masalah kesehatan yang dihadapi. Penelitian menunjukkan, survivor kanker yang menyusui, memiliki tingkat kepadatan tulang jauh melebihi masa sebelum mereka hamil. Memberikan ASI juga terbukti mengurangi insiden obesitas, serta menekan risiko kanker payudara. Meski demikian para juga peneliti mengingatkan juga kemungkinan efek samping dari pengobatan kanker, yakni kesulitan memproduksi ASI.
Nutrisi tambahan yang diformulasi khusus untuk Ibu hamil dan Ibu menyusui. Sudah mendapatkan banyak testimoni baik karena sangat terbukti membantu meningkatkan produksi ASI dan menjadi Booster ASI alami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar